Minggu, 22 Oktober 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pada penulisan refleksi dwi mingguan kali ini tentang Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Bagi Murid,  saya menuliskan jurnal dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Ada empat bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

1. Fact (Peristiwa)

Modul 3.3 merupakan modul terakhir dari kegiatan pendidikan dan pelatihan calon guru penggerak Angkatan 8 ini. Sama seperti modul sebelumnya, kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 9 Oktober 2023. Modul 3.3 berisikan materi tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Setelah mempelajari modul ini saya berusaha untuk mempelajari, memahami dan melaksanakan materi modul 3.3 ini dengan maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik.. Meskipun demikian dalam 3.3 ini masih terdapat beberapa materi masih belum saya mengerti dan pahami, terutama tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya murid di sekolah saya.

Pada saat ruang kolaborasi, saya berusaha mendengarkan dengan fokus dan berusaha untuk menggali informasi dengan fasilitator yaitu Ibu Dian Purnamasari  serta dengan teman-teman CGP lainnya melalui kegiatan tanya jawab.  Saat sesi ruang kolaborasi kedua, kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Saya satu kelompok dengan CGP dari Kab.Grobogan lainnya yaitu Bapak Hari Prasetiyanto, Bapak Afif Choerul Muflih, dan Ibu Anggraeni Uji S. 

Tugas Ruang Kolaborasi Modul 3.3

Saat masuk alur demonstrasi kontekstual tanggal 17-18 Oktober 2023, kami diminta untuk membuat sebuah program secara individu. Program ini nantinya yang akan dipraktikkan dalam aksi nyata di akhir modul 3.3. Pada alur tersebut kami membuat rencana perubahan yang lebih detail terkait dengan program/kegiatan program intrakurikuler, ekstrakurikuler, atau ko-kurikuler yang ingin  diterapkan di sekolah yang menggambarkan suara, pilihan, kepemilikan murid serta mengembangkan satu atau lebih karakteristik lingkungan yang akan mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid dengan menggunakan kerangka BAGJA. 

Tugas Demonstrasi Kontekstual

Kamis- Jumat, 19 - 20 Oktober 2023, masuk pada alur KONEKSI ANTAR MATERI. Pada alur ini, seluruh CGP membuat sintesa pemahaman dalam bentuk format tulisan reflektif tentang program yang berdampak pada murid.

Tugas Koneksi Antar Materi

Dan pada tanggal 20 Oktober 2023, mengikuti kegiatan ELABORASI PEMAHAMAN dengan Tema "Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid" sebagai narasumber/instruktur yaitu Bapak Budi Santosa (Sanggar Anak Alam Yogyakarta).

Hambatan awal yang saya alami dalam mempelajari modul 3.3 ini antara lain, saya masih belum begitu memahami materi. Namun setelah mendapatkan penguatan dari fasilitator dan instruktur, saya berupaya untuk memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan rekan-rekan CGP Angkatan 8 dan rekan-rekan yang ada di sekolah saya untuk memperkuat pengetahuan saya mengenai materi di modul 3.3 ini.

Selanjutnya pada langkah terakhir alur MERDEKA BELAJAR pada modul 3.3 ini, bekerjasama dengan seluruh warga sekolah SDN 4 Jambon saya melaksanakan suatu kegiatan Aksi Nyata Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid dengan mengimplementasikan tahapan BAGJA pada Program Jumat Bersih, Sehat dan Bahagia. Adapun gambaran kegiatan tersebut secara ringkas saya sajikan pada tautan berikut.

Aksi Nyata Modul 3.3

2. Feelings (Perasaan)

Saya merasa sangat bahagia dan antusias serta bersemangat ketika mengikuti pembelajaran dalam modul ini. Selain materinya yang sangat menarik dan menantang, modul ini juga merupakan modul terakhir yang harus saya pelajari. Artinya, saya harus bersiap untuk mengimplementasikannya di kelas atau di sekolah saya. Selain itu, saya juga merasa senang karena banyak ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang saya peroleh selama mengikuti kegiatan PGP ini.

Saya juga merasa senang dan tertarik ketika pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya dan saya merefeksikan pada bagian mulai dari diri dapat terjawab dengan baik dan jelas. Ada hal menarik yang terjadi pada pembelajaran di modul ini, yaitu saat saya harus menyelesaikan tugas demonstrasi kontekstual. Dalam tugas ini, CGP diminta untuk membuat sebuah program secara mandiri. Program yang saya buat yaitu “Menumbuhkan sikap tanggung jawab & membentuk karakter cinta diri dan lingkungan melalui Gerakan Jumat Bersih, Sehat dan Bahagia”. Perasaan senang sekali ketika saya dapat merancang sebuah program dan melibatkan murid di dalamnya.

Adapun detail kegiatan Jumat Bersih, Sehat dan dan Bahagia dapat secara ringkas dapat diakses pada tautan berikut.

https://sdnegeri4jambon.blogspot.com/2023/09/kegiatan-jumat-sehat-bersih-dan-bahagia.html

Melalui kegiatan tersebut juga dihasilkan suatu produk kreatif dari pengolahan sampah yang kami sebut dengan Ecobrick. Berikut ini penjelasannya.

https://sdnegeri4jambon.blogspot.com/2023/10/pengenalan-ecobrick-di-sdn-4-jambon.html

3. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang saya dapatkan setelah mempelajari modul ini sebagai berikut, yaitu pada saat saya menyusun sebuah program sebaiknya kita melihat aset/kekuatan yang dimiliki oleh sekolah. Pentingnya melibatkan murid sebagai mitra dalam penyusunan, baik pada saat murid memberikan suara, pilihan dan kepemilikandalam pelaksanaan, dan evaluasi program, baik dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat (suara) adn menentukan pilihannya sehingga mereka akan merasa memiliki dan merasakan manfaat dari program yang akan dikembangkan.

Yang perlu dikembangkan oleh guru di sekolah adalah pentingnya menciptakan lingkungan yang positif dalam menumbuhkan student agency. Pentingnya dukungan dari semua pihak/komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Prakarsa perubahan yang akan dilakukan dapat menggunakan Tahapan BAGJA dengan menambahkan unsur suara, pilihan, dan kepemilikan murid.

Dalam proses pembelajaran modul ini, tentunya saya juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Pengalaman saya dalam merancang sebuah program yang melibatkan murid dan mengimplementasikannya dengan tahapan BAGJA merupakan hal baru bagi saya. Modul 3.3 ini dalam menjadikan murid sebagai Student Agency.

4. Future (Penerapan)

Dalam modul ini saya ingin dapat melaksanakan program yang telah saya rancang dengan murid tersebut. Harapannya program ini dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dan mewujudkan karakter profil pelajar pancasila. Dan saya juga akan menyebarkan pengetahuan dan pengalaman saya dalam menyusun program yang berdampak positif pada murid ini pada rekan-rekan sejawat.

Bergerak, Tergerak , Menggerakkan

Wassalamualaikum wr wb.

Jumat, 29 September 2023

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2

 Asalamualaikum wr.wb. 

Salam hangat dan bahagia. Bertemu kembali dengan saya Devinta Agung Susanto, CGP angkatan 8, CGP angkatan 8 dari SD Negeri 4 Jambon Kabupaten Grobogan.


Berikut pengalaman saya selama mengikuti pembelajaran modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Di modul 3.2 ini, saya dibekali pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya dengan ABT (Aset Based Thinking). Kegiatan pengkajian LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Modul 3.2, Pada kegiatan alur Merdeka pertama, saya disajikan pada tema “Mulai dari Diri” yang memuat pertanyaan-pertanyaan reflektif sesi mulai dari diri antara lain:

Mengingat-ingat ekosistem, bayangkan sekolah atau salah satu sekolah tempat Bapak dan Ibu bertugas. Apa bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut sebagai sebuah ekosistem? Apa saja yang bisa Anda sebut sebagai sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah? Perhatikan untuk tidak terpaku pada hal-hal yang kelihatan. Refleksikan sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut. Apa hal-hal yang paling diingat dari sosok pemimpin tersebut, terkait dengan perannya di ekosistem sekolah serta pelibatan/pemanfaatan sumber daya yang ada? Jadi, seperti apa peran pemimpin yang ideal itu, khususnya dalam hal memanfaatkan semua bagian dari ekosistem dan mengelola sumberdaya yang ada di dalam dan sekitar sekolah? Silakan refleksikan, posisi diri Bapak dan Ibu dalam ekosistem sekolah. Sejauh mana Bapak Ibu sebagai guru atau peran lainnya telah memanfaatkan sumber daya sekolah? Apa saja harapan pada diri Bapak dan Ibu sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini?

a. Diri sendiri

Dapat memaksimalkan kekuatan pada diri saya sendiri sebagai seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran untuk mengelola sumber daya yang ada di sekolah.

b. Murid

Saya mengharapkan murid-murid menjadi lebih peduli pada lingkungan sekitar, mampu mengelola dan memanfaatkan, serta merawat lingkungan sekolah

c. Sekolah

Saya mengharapkan sekolah mempunyai sumber daya dan sarana prasarana yang lengkap supaya proses pembelajaran dapat berjalan maksimal.

Apa saja kegiatan, materi, manfaat, yang Bapak dan Ibu harapkan ada dalam modul ini?

Yang saya harapkan dari materi dalam modul ini yaitu cara-cara untuk memaksimalkan sumber daya yang ada di ekosistem sekolah dengan menggali manfaat yang semaksimal mungkin untuk pembelajaran yang lebih berpihak pada peserta didik. Selain itu, materi yang ada di LMS dan seluruh kegiatan modul ke depan karena sebelumnya saya telah melakukan literasi secara mandiri dari pengalaman yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang tidak disadari membawa alur pemikiran CGP berefleksi pada dirinya sendiri dan hal yang ingin dipelajari lebih lanjut. Tidak lupa akhir modul pertanyaan pemantik adalah harapan dan ekspetasi bagi murid-murid. Ketika mengungkapkan harapan dan ekspetasi bagi murid, hal ini sangat begitu emosional ketika saya menggantungkan asa dan harapan masa depan dengan perbaikan mutu pendidikan bagi murid-murid binaan saya.

Kegiatan selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep tentang Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara tentang pembelajaran holistik dalam filosofi Pendidikan budi pekerti sebagai berikut: Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diterapkannya program kurikulum merdeka (KURMA) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya proses penerapan ‘Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya' dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Pada hari Rabu, 27 September 2023 CGP mengikuti kegiatan diskusi secara daring di Rukol 3.2. Selanjutnya pada hari Jumat, 29 September 2023 melaksanakan presentasi atas hasil diskusi pada kegiatan sebelumnya. Adapun hasil/produk tugas kelompok tentang 7 Aset di Daerah untuk Sekolah dan poster pemetaan, saya unggah pada drive berikut.

Tugas Rukol 3.2

Poster Pemetaan Aset

Hari Senin s.d Selasa, 2-3 Oktober 2023 CGP berada pada alur kegiatan Demonstrasi Kontekstual yaitu menganalisis dari tayangan video praktik baik berupa  narasi dengan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA. Adapun hasil tugas analisis tersebut selain saya kumpulkan pada LMS juga saya unggah di kanal Youtube pada tautan berikut.

Tugas DK Modul 3.2

2. Perasaan (Feelings)

Pada awal sebelum mempelajari modul, masih merasa bingung dengan praktik pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Namun, setelah mengikuti alur eksplorasi konsep, ditambah, alur ruang kolaborasi. Saya menjadi jelas bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dapat menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Dengan mengidentifkasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah dapat mewujudkan perubahan untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Selanjutnya saya merasa semakin tercerahkan, saat alur presentasi ruang kolaborasi, semakin paham bahwa jika pemimpin dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. 7 modal utama atau aset tersebut meliputi aset manusia, sosial, fisik, alam/lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya.

3. Pembelajaran (Findings)

Dalam Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya saya peroleh antara lain:

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya.

Mengutamakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) dalam mengelola sumber daya. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

Modal Manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang. Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala. Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

Modal Sosial

Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat. Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama. Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan. Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

Modal Lingkungan/alam

Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal. Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

Modal Politik

Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas. Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, pelayanan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

Modal Agama dan budaya

Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain. Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis. Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan. Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya. Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.

4. Penerapan

Dari modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang saya pelajari, saya akan melaksanakan implementasi di kelas sebagai seorang pemimpin pembelajaran akan mampu mengoptimalkan apa saja yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Sedangkan implementasinya di sekolah adalah seorang pemimpin pembelajaran akan memanfaatkan atau mengidentifikasi aset-aset atau modal yang ada di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah dan mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Dan implementasi pada masyarakat sekitar adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan mampu menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah Sebagai contoh adalah memanfaatkan aset yang ada di sekolah misalnya saja dalam Kelas Inspirasi, guru yang memiliki keterampilan, pengetahuan akan mendukung pengelolaan sekolah. Guru yang terampil menari, terampil di bidang IT, seni suara, keterampilan berkomunikasi, master of ceremony, seni menggambar, seni melukis, olahraga, dan lain-lain. Orang tua, dapat menjadi inspirasi, pembicara kelas orang tua, menjadi tokoh karir yang dapat memotivasi baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai narasumber atau berbagi praktik baik melalui media sosial (youtube, Blog pribadi, telegram, dan lain-lain).


Kamis, 21 September 2023

Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Asalamualaikum wr.wb.

Salam hangat dan bahagia. Bertemu kembali dengan saya, Devinta Agung Susanto, CGP angkatan 8. Asal instansi SDN 4 Jambon Kab. Grobogan.

Seraya mengucapkan puji syukur alhamdulillah, selama mempelajari modul 3.1 di Program Pendidikan Guru Penggerak ini, saya mendapatkan pemahaman yang luar biasa tentang arti pentingnya sebuah pengambilan keputusan yang memberikan dampak pada perkembangan tumbuh kembang murid serta bagaimana mempertahankan situasi, suasana kerja & pembelajaran yang nyaman, aman serta kondusif melalui keterbukaan dan musyawarah dalam penyelesaian segala permasalahan dengan seluruh warga sekolah. Proses pengambilan keputusan tersebut tentunya tetap berpijak pada nilai-nilai kebajikan. Rencana ke depan saya memiliki pandangan bahwa harus ada prosedur khusus dalam pengambilan keputusan sehingga dapat diukur seberapa efektif hasil pengambilan keputusan tersebut dilihat dari faktor resiko atau dampaknya. Selanjutnya pada kasus dilema etika saya akan menerapkan pengambilan keputusan  dengan berdasarkan paradigma dan prinsip sesuai dengan kasus  yang dihadapi lalu mengujinya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga diharapkan nantinya diperoleh hasil keputusan  yang bijaksana.

Berikut adalah contoh penerapan aksi nyata terkait pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin yang pernah saya praktikkan.


Contoh lain penerapan prinsip pengambilan keputusan sehari-hari di lingkungan sekolah yang juga pernah saya lakukan berdasarkan 3 prinsip guru penggerak adalah sebagai berikut:

Contoh penerapan prinsip pengambilan keputusan berbasis rasa peduli

  • Guru memutuskan untuk memberitahu murid bahaya dari tawuran.
  • Guru memutuskan untuk memberitahu murid bahaya dari penggunaan narkoba dan pentingnya menerapkan tertib budaya lalu lintas.
  • Guru memutuskan untuk memberitahu murid pentingnya saling menghargai di antara teman.
  • Guru memutuskan untuk memberitahu murid pentingnya memikirkan kelangsungan hidup setelah lulus sekolah.

Contoh penerapan prinsip pengambilan keputusan berbasis peraturan

  • Guru memutuskan untuk menskors murid yang kedapatan minum-minuman keras di lingkungan sekolah sesuai peraturan yang ditetapkan sekolah.
  • Guru memutuskan untuk melarang penggunaan narkoba sesuai peraturan sekolah dan negara.
  • Guru memutuskan menskors siswa yang terlambat datang ke sekolah tanpa keterangan yang jelas.

Contoh penerapan prinsip pengambilan keputusan berbasis hasil akhir

  • Guru memutuskan pembelajaran sesekali dengan penggunaan handphone untuk mengajarkan akses cepat terhadap informasi.
  • Guru memutuskan tidak menunjukan tingkat pemeringkatan nilai kepada siswa, namun lebih mengutamakan untuk memberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan kapasitas pembelajarannya di masa mendatang.
  • Guru memutuskan untuk melakukan penilaian dengan rentang nilai, semisal nilai 90-100 adalah A. Contoh penilaian tersebut dilakukan untuk menghilangkan anggapan bahwa nilai adalah segalanya.
  • Guru memutuskan untuk memilih metode pembelajaran menyesuaikan profil dan kebutuhan belajar siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
  • Guru memutuskan untuk memilih metode pembelajaran dengan mempertimbangkan observasi dari hasil kompetensi siswa setelah memakai beberapa metode mutakhir.



Rabu, 20 September 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1

 Asalamualaikum wr.wb.

Salam hangat dan Bahagia. Bertemu kembali dengan saya Devinta Agung Susanto, CGP Angkatan 8 dari SD Negeri 4 Jambon Kab. Grobogan. Di postingan ini saya menulis jurnal refleksi dwi mingguan sesuai dengan pengalaman saya dalam proses pendidikan guru penggerak Angkatan ke-8. Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 3.1. dengan topik Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). 

Berikut jurnal refleksi dwimingguan modul 3.1. dengan topik Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.

1. Fact (Peristiwa)

Saya memulai mempelajari modul 3.1. dengan topik Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di LMS dengan alur MERDEKA, yakni:

a. Mulai dari Diri 

Pada hari Senin, tanggal 11 September 2023, saya mulai mempelajari modul 3.1 dengan topik Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dengan mengerjakan pre-test paket modul 3. Alhamdulillah, pre-test berjalan lancar. Setelah itu, saya mulai membuka tautan mulai dari diri. Di tahap ini saya membaca artikel dan mempelajari studi kasus, memberi komentar dan refleksi pada slide 3 dan berbagi pengalaman dan menjawab pertanyaan. 

b. Eksplorasi Konsep

Senin-Rabu, 11-13 September 2023, secara mandiri saya dan rekan-rekan CGP membaca artikel dan mempelajari studi kasus, membuat analisis kasus dilema etika/bujukan moral berdasarkan kasus nyata disekolah di slide 7, menjawab pertanyaan pemantik untuk analisa 4 kasus dilema etika mengunggah dan mentautkan linknya di slide 9, membuat analisis kasus dilema etika bersama rekan Guru kemudian mengunggah dan mentautkan linknya berdasarkan kasus di slide 12, mengangkat 1 kasus dilema etika yang pernah Anda hadapi kemudian terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus tersebut mengunggah dan mentautkan linknya berdasarkan kasus di slide 15. Dalam forum diskusi LMS asinkronus, membaca  4 studi kasus untuk kemudian memilih 1 kasus untuk dianalisis dengan 9 pertanyaan pemantik/panduan dalam LMS. Tiap CGP wajib memberi tanggapan pada studi kasus 2 CGP lainnya dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif, dan terbuka.

c. Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi di modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok dan yang kedua adalah presentasi hasil diskusi tersebut. Semua itu dilakukan secara daring melalui Gmeet. Diskusi kelompok di ruang kolaborasi pertama dilakukan pada hari Kamis, tanggal 14 Septenber 2023. Sementara itu, presentasi hasil diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 15 September 2023. Hasil dari diskusi Ruang Kolaborasi kelompok bisa dilihat melalui tautan berikut: 

Klik di sini 

d. Demonstrasi Kontekstual

Senin-Selasa, 18 s.d 19 September 2023, saya dan seluruh CGP berada pada alur Demonstrasi Kontekstual. Di bagian ini saya mendapatkan tugas untuk mewawancarai minimal dua kepala sekolah terkait cara atau proses pengambilan keputusan. Saya mewawancarai kepala sekolah di SDN 2 Jetaksari, yakni Bapak Andi Patria, M.Pd  dan Guru senior/wakasek SDN 4 Jambon yakni Bapak Hening Puji Nugroho, S.Pd. Tugas demonstrasi kontekstual yang saya buat dapat diakses melalui tautan berikut: 

Klik di sini

e. Elaborasi Pemahaman

Di bagian ini, saya ditugasi untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 3.1.

Berikut beberapa pertanyaan yang akan menguatkan pemahaman saya akan materi konsep di Modul 3.1. ini adalah:

1. Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik Dilema Etika dan Bujukan Moral

   Apakah bujukan moral bisa menyebabkan dilema etika?

2. Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 4 Paradigma Pengambilan Keputusan

Bagaimana jika kasus dilema etika yang kita alami tidak bisa dimasukkan ke 4 paradigma pengambilan keputusan? Apakah bisa  membuat paradigma pengambilan keputusan diluar 4 paradigma tersebut?

3. Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 3 Prinsip Pengambilan Keputusan

Apakah pengambilan keputusan hanya berdasar pada ketiga prinsip ini? Apakah diperbolehkan jika membuat prinsip pengambilan keputusan yang baru?

4. Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 9 Langkah Pengujian Pengambilan Keputusan

Apakah ke 9 langkah harus dilaksanakan secara urut? Bagaimana kalau ada langkah yang terlewati, apakah hasil keputusannya bisa dipertanggungjawabkan?

5. Pertanyaan Umum

Apakah pengambilan keputusan harus melalui semua tahap yang dipelajari di modul 3.1 ?

Saya juga melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet pada tanggal 21 September 2023. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi adalah Yetti Maiharni (Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat).

f. Koneksi Antar-Materi

Di bagian koneksi antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin, saya membuat simpulan, keterkaitan dengan modul lainnya, dan refleksi. Hasil koneksi antarmateri modul 3.1. saya tuangkan dalam tautan berikut:

Klik di sini

g. Aksi Nyata

Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 3.1 yang diterapkan secara nyata. Di aksi nyata ini saya akan mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah. Berikut ini adalah contoh penerapan aksi nyata yang saya lakukan setelah mempelajari modul 3.1. Klik di sini

2. Feeling (Perasaan)

Selama saya mempelajari Modul 3.1., saya merasakan perasaan yang semangat dan senang. Saya bersemangat karena di modul 3.1. saya belajar mengenai dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, sampai langkah dan pengujian pengambilan keputusan. Saya senang karena saya cukup banyak memahami materi dalam modul ini. 

3. Findings (Pembelajaran)

Di Modul 3.1. saya mendapatkan materi tentang materi-materi berikut:

1) Dilema etika (benar vs benar)

Adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.

2) Empat paradigma pengambilan keputusan

• Individu lawan kelompok (individual vs community) 

• Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

• Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

• Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3) Tiga prinsip pengambilan keputusan

a) Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

4) Sembilan langkah pengambilan keputusan

• Mengenali nilai yang bertentangan.

• Menentukan pihak yang terlibat 

• Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi

• Pengujian benar atau salah

• Pengujian paradigma benar lawan benar

• Melakukan prinsip resolusi

• Investigasi opsi trilemma

• Buat keputusan

• Lihat lagi keputusan dan refleksikan

4. Future (Penerapan)

Setelah memahami materi modul 3.1., saya akan menerapkannya dalam pengambilan keputusan yang harus saya laksanakan.

Jumat, 01 September 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

Alhamdulillah pada kesempatan kali ini saya diberi kesempatan untuk menuliskan refleksi diri terkait dengan pembelajaran modul 2.3 program guru penggerak angkatan 8 tentang Coaching dalam Supervisi Akademik. Kali ini saya menuliskan kegiatan refleksi dimulai dari modul 2.3.a.3 sampai post tes modul 2.

Rekan-rekan CGP Angkatan 8 yang dan pembaca yang berbahagia, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru penggerak.      Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru penggerak senantiasa belajar menilai diri agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya di masa depan. Adapun model yang saya gunakan dalam penulisan jurnal ini adalah model refleksi 4F (Fact, Feelings, Finding, Future)


1. Facts (Peristiwa)

Minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang saya ikuti yaitu diawali mulai dari 2.3.a.3 mulai dari diri, di mana saya membuat blog yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervisi di sekolah saya, kemudian masuk ke eksplorasi konsep, modul 2.3.a.4.1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari sistem Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. Selanjutnya di modul 2.3.a.4.3 dibahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching. Pada tahap ini CGP mempelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir. Pada tahap alur ini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Selain itu, pada modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching melakukan refleksi, coaching memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi. Selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami seluruh rekan CGP saling melakukan pemantapan pemahaman dengan berdiskusi. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya berpasangan dengan Pak Ali Mutadin melakukan sebuah percakapan coaching, saling berbagi pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan dari hasil percakapan direkam dalam bentuk video dan diunggah sebagai salah satu tagihan dari LMS.

Urut sebelah kiri (Anang Khomsin, Hari Prasetiyanto dan Saya)

Proses pengambilan video kegiatan coaching

Kemudian pada modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, saya satu kelompok dengan rekan CGP yang kebetulan berada di 1 wilayah Kecamatan Pulokulon beranggotakan 3 orang (Pak Anang Khomsin, saya, dan Pak Hari Prasetiyanto), kami membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kami melakukan secara bergiliran. Kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi. 

Hasil rekaman video kegiatan coaching supervisi akademik tersebut selanjutnya saya unggah di kanal YouTube sebagai produk tugas demonstrasi kontekstual modul 2.3. Adapun detail video dapat diakses pada tautan berikut.

Klik di sini

Selanjutnya pada hari Senin tanggal 4 September 2023 pukul 13.00 s.d 14.30 WIB seluruh CGP Angkatan 8 berada di alur Elaborasi Pemahaman bersama dengan Narasumber/Instruktur yaitu Bapak Pangarso Yuliatmoko (Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah) membahas tentang coaching dan supervisi akademik secara lebih dalam lagi. Dan kemudian saya membuat koneksi antar materi modul 2.3, dengan memberikan refleksi saya dengan apa yang saya dapati dan bagaimana dengan rencana serta langkah ke depannya yang akan saya lakukan. Pada tahap berikutnya saya membuat rancangan aksi nyata yang berkaitan dengan supervisi akademik yang dilakukan dengan teman sejawat, dan pada hari Rabu, 6 September 2023 saya dan seluruh rekan CGP melakukan test akhir modul 2.


 2. Feelings (Perasaan)

Saya sangat antusias dan bersemangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini, Saya begitu penasaran, bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian saya merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2. Dari hasil praktik tersebut saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.


3. Findings (Pembelajaran)

Informasi, pengetahuan dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana melaksanakan coaching dan bagaimana melakukan supervisi akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat. Pada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2 yang pernah saya peroleh mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik. Di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan kemampuan diri rekan sejawat.


4. Future (Penerapan)

Sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di tempat kerja yang terkait dengan potensi para murid dan rekan sejawat. Permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Saya ke depannya akan selalu menerapkan praktik coaching dengan alur Tirta agar semakin menguasai dan terbiasa dalam menggunakan Coaching alur Tirta. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi murid maupun orang lain.

Sabtu, 19 Agustus 2023

Semarak Peringatan HUT Kemerdekaan Tahun 2023

Hari kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan hari libur nasional untuk memperingati proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Beragam kegiatan dilaksanakan, mulai dari upacara detik-detik proklamasi yang dilaksanakan pada pagi hari hingga upacara penurunan bendera yang diikuti oleh peserta didik SD, SMP, SMA dan seluruh instansi pemerintah pusat hingga daerah.



Kegiatan Upacara Penurunan Bendera

Di bulan Agustus 2023, Negara Kesatuan Republik Indonesia menginjak usia 78 tahun kemerdekaan. Tema untuk HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2023 ialah "Terus Melaju untuk Indonesia Maju". Tema ini sekaligus menjadi slogan kemerdekaan ke-78.

Tema tersebut mencerminkan semangat bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan upaya pembangunan, serta bekerja sama dalam memanfaatkan kesempatan demi kemajuan Indonesia

Berbagai lombapun dilaksanakan untuk menyemarakkan acara penting tersebut. Mulai dari panjat pinang, tarik tambang, makan kerupuk, menangkap bebek, balap karung, gerak lagu dan sebagainya. Pemandangan serupa pun tampak di kampung kami, di Dusun Krajan RT.001 RW. 002 Desa Panunggalan Kec. Pulokulon Kab Grobogan.

Tangkap bebek

Makan Kerupuk

Balap Karung





Kamis, 17 Agustus 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Asalamualaikum wr.wb. 

Salam Guru Penggerak.

Bertemu kembali dengan saya, Devinta Agung Susanto, CGP Angkatan 8 dari Kabupaten Grobogan. Perkenankan saya menuliskan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada pembelajaran Modul 2.2.

Jurnal refleksi yang saya susun ini menggunakan Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa – Perasaan – Pembelajaran – Penerapan).

Peristiwa (Facts)

Pada modul 2.2 mengenai pembelajaran sosial emosional disajikan definisi pembelajaran sosial dan emosional, kompetensi sosial dan emosional, kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional serta implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah.

Pembelajaran sosial emosional sangat lah penting untuk dipahami dan diterapkan karena proses pembelajaran murid tidak tergantung pada aspek intelegensi atau kemampuan kognitif saja tetapi juga dipengaruhi oleh aspek-aspek lain seperti aspek perkembangan sosial dan emosinoal.

PSE adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses ini memungkinkan murid dan guru di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran Penuh)

Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

Merasakan dan menunjukkan empati kepda orang lain ( Kesadaran sosial)

Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (Ketrampilan berelasi)

Membuat keputusan yang bertanggungjawab (pengambilan keputusan yang bertanggungjawab).

Perasaan (Feelings)

Proses pembelajaran yang saya dapatkan pada modul 2.2 membuat saya semakin bersemangat. Saya senang mendapatkan ilmu-ilmu baru yang tadinya Sebelum mempelajari modul kompetensi sosial emosional saya berpikir bahwa pembelajaran sosial dan emosional itu tidak terintegrasi dengan praktik pembelajaran di kelas sehingga pelaksanaannya rumit dan memakan waktu. Namun setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran sosial dan emosional sebetulnya sederhana dan dapat terintegrasi dalam pembelajaran.

Dengan mempelajari modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional ini, saya semakin memahami bahwa keterampilan sosial dan emosional muridpun perlu dilatih agar mereka siap dalam kehidupan ke depannya. Baik itu dalam kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran (Findings)

Setelah mempelajari modul 2.2 ini saya memahami bahwa tujuan pembelajaran sosial emosional adalah memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. PSE akan menjadi panduan guru untuk menanamkan dan membiasakan murid melakukan kebaikan. PSE mengarahkan murid untuk berkibenkaan global dimana murid mampu hidup berkopetensi dan berkompetisi dengan lingkungan.

Perubahan (Future)

Setelah mempelajari modul 2.2 ini saya ingin melakukan perubahan dalam penerapan pembelajaran di kelas dengan :

• menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam pembelajaran baik secara eksplisit terintegrasi dalam kurikulum akademik maupun iklim dan budaya sekolah.

• menerapkan PSE dengan harapan dapat melakukan perubahan positif pada manajemen diri saya dan murid

• menjadi teladan dan contoh baik bagi murid maupun bagi lingkungan belajar.

• kolaborasi dengan rekan sejawat dalam mewujudkan sekolah menjadi tempat yang ramah dan nyaman bagi murid. Menciptakan suasana yang nyaman juga untuk kesejahteraan psikologis seluruh warga sekolah (well-being)