Selasa, 15 Agustus 2023

Aksi Nyata - Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Asalamualaikum wr.wb. 

Salam Guru Penggerak.

Bertemu kembali dengan saya, Devinta Agung Susanto, CGP Angkatan 8 dari Kabupaten Grobogan. Perkenankan saya menyampaikan aksi nyata yang saya laksanakan pada Pendidikan guru penggerak saat ini.

Aksi Nyata Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional ini menggunakan Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa – Perasaan – Pembelajaran – Penerapan).

Aksi Nyata dalam modul ini mensyaratkan Calon Guru Penggerak (CGP) untuk membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional yang telah CGP lakukan selama ini. Aksi nyata ini dapat dikatakan sebagai kegiatan berbagi implementasi CGP kepada rekan sejawat atau komunitas, dengan merefleksikan pengalaman tersebut dengan menggunakan kerangka 4P (Peristiwa – Perasaan – Pembelajaran – Penerapan).

Facts (Peristiwa)

Setelah alur belajar ini sampai pada Aksi Nyata, diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Modul Ajar (MA) dengan menggunakan Strategi Integrasi Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional di kelas. Praktik baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas diterapkan satu kelas terlebih dahulu dan secara bertahap pada kelas lainnya. Dalam aksi nyata sebelumnya CGP sudah melakukan praktik baik penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Ternyata pembelajaran ini sangat penting dan berguna, bukan hanya bagi guru dan murid, tetapi juga bagi komunitas sekolah. Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif bagi seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi sebenarnya memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

PSE berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dan well-being sebagai kondisi sejahtera yang mencakup emosi dan suasana hati yang positif, misalnya, kepuasan, kebahagiaan, tidak adanya emosi negatif, misalnya, stress, depresi, kegelisahan. Well-being merupakan latihan kesadaran penuh dalam kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Dalam PSE melahirkan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yaitu; Kesadaran diri, Pengelolaan diri, Kesadaran sosial, Keterampilan relasi, dan Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab.

Hal baik yang diperoleh dalam penerapan strategi Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dan kondisi nyaman sehat dan bahagia (mindfulness and well being) di kelas sangat menarik dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Saya selalu berharap dalam menghadapi murid di kelas dalam bentuk ragam rupa, warna seragam, potensi, bakat, dan hobi.

Saya mencoba mempraktikkan latihan dengan berkesadaran penuh (mindfulness) yaitu STOP (Stop – Berhenti, Take a deep breath – Tarik napas dalam, Observe – Amati, Proceed – Lanjutkan). Teknik yang paling sederhana untuk berlatih membangun kesadaran penuh (mindfulness), meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus murid.

Berikut tautan RPP (skenario pembelajaran) berdiferensiasi yang terintegrasi dengan Pembelajaran Sosial Emosional yang telah saya susun. 

https://drive.google.com/file/d/1-FYP09fOHW1dXwI8fOIoquwQ9YSbLZfB/view?usp=sharing

Feelings (Perasaan)

Saya merasakan ada kebiasaan yang berubah dalam penerapan kegiatan pembelajaran sosial dan emosional di kelas. Merubah kebiasaan dapat dilakukan secara bertahap. Pembelajaran sebelumnya hanya fokus pada target ketercapaian materi akademik saja dan terkadang mengesampingkan pemahaman emosi dan perasaan diri murid saat mengikuti pembelajaran. Situasi kelas yang belum terkelola seperti apa yang diharapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial emosional. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang ideal dan seimbang, memang memerlukan waktu dan kondisi kelas yang terkelola dan adanya kolaborasi yang baik oleh seluruh warga sekolah.

Untuk pra pembelajaran, guru dapat memberikan sosialisasi kepada semua murid tentang kesepakatan dan keyakinan kelas dalam penanaman dan penerapan budaya positif di kelas. Melibatkan murid dalam membuat kesepakatan dan memberi pendapat dalam menentukan keyakinan kelas.

Ketika pembelajaran berlangsung di guru dapat memberikan ice breaking untuk mencairkan suasana kelas dan mengelola kelas agar lebih menarik. Dengan PSE membuat saya lebih nyaman dan selalu berupaya untuk menerapkan PSE berkesadaran penuh dan well-being dengan harapan dan hasil yang menggembirakan.

Findings (Pembelajaran)

Penerapan PSE di kelas dapat mengendalikan emosi (kesadaran diri), saya banyak introspeksi diri memahami kekuatan dan kelemahan diri. Saya harus banyak belajar dan membangun kepercayaan diri, bagaimana mengelola rasa senang, kecewa, marah pada murid dengan perilaku yang berbeda-beda (manajemen diri). Saya memahami betul terdapat perbedaan di antara murid-murid, selalu mencoba berempati dan menghargai perbedaan itu (kesadaran sosial).

Pada suatu ketika saya menjumpai salah satu murid yang kerap datang terlambat saat masuk ke sekolah. Maka saya perlu melibatkan dan bekerjasama atau meminta bantuan guru kelas lain dalam mengatasi murid tersebut (keterampilan relasi). PSE yang sudah saya terapkan pada murid di antaranya: kesadaran diri, manajemen diri. Kesadaran sosial dan keterampilan berelasi sebagai suatu kebiasaan di sekolah yang telah saya terapkan di antaranya: berdoa sebelum belajar, memberikan ucapan salam, disiplin tertib waktu, berdiskusi, saling memberi pendapat dan tanggapan, piket kebersihan kelas, pemilihan ketua panitia kegiatan sekolah, saling menghargai pendapat, tanggungjawab dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Future (Penerapan)

Penerapan PSE dengan teknik rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran, dan Protokol. PSE Rutin dengan melakukan penerapan PSE yang terjadwal, misalnya kegiatan rutin yang dilakukan di sekolah seperti kegiatan berdoa sebelum dan setelah belajar, atau ketua kelas melapor kehadiran siswa di kelas.

PSE terintegrasi mata pelajaran dapat dilakukan di sela-sela penyampaian materi, misalnya dengan diskusi kasus atau diskusi penyelesaian masalah secara berkelompok, penguatan profil pelajar Pancasila dalam gaya hidup berkelanjutan dengan produk pengelolaan sampah di lingkungan sekolah menjadi produk yang berguna seperti tempat sampah, pupuk cair, perkakas alat tulis.

PSE Protokol menjadi kegiatan sekolah yang sudah menjadi sebuah tata tertib dan kebijakan sekolah dilakukan secara mandiri oleh peserta didik, misalnya protokol pembiasaan gerakan SASIMASAM (SAtu SIswa liMA SAMpah), protokol piket kelas dengan mengajak semua murid berkolaborasi melaksanakan piket agar dapat menumbuhkan budaya gotong royong dan menjaga kebersihan lingkungan kelas sekolah, protokol piket guru dalam membantu memberikan kelancaran dalam proses belajar mengajar, mendisiplinkan murid serta menciptakan kelancaran dalam mengawasi proses pendidikan di lingkungan sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar